Match worn jersey persib seasion 2012/2013 *plus sign player
La Sarasa.com
Hobby and Favorite
Minggu, 12 Januari 2014
Senin, 23 September 2013
Authentic Jersey Persib 12/13
Harga :
Jersey Authentic (Home/Away/Third) Rp. 399.0000 (Polos)
Fullsponsor+Nameset+pacth ISL Rp. 589.000 (nama dan nomor bisa nama pribadi)
Jersey Replica (home/away/third) Rp. 199.000 (polos)
Fullsponsor+Nameset+pacth ISL Rp. 389.000 (nama dan nomor bisa nama pribadi)
#untuk nama non-player harga sama
proses pengerjaan 1 - 2 hari
Minat :
Call us 081910369682
Pin 28985FFA
Sabtu, 13 Oktober 2012
JURNAL SKRIPSI
KARAKTERISTIK
ANTROPOMETRIK DAN KEBUGARAN JASMANI SISWA
SSB IPI GS BANDUNG YANG BERUSIA
ANTARA
11-15 TAHUN
Unang
Muntahar
Abstrak
Sepakbola merupakan
salah satu cabang olahraga permainan yang menuntut memiliki antropometrik
(struktur tubuh) yang ideal dan memerlukan tingkat kebugaran jasmani yang baik,
namun pembinaan sepakbola di Indonesia yaitu di Sekolah Sepakbola (SSB) khususnya
di SSB IPI GS Bandung belum sepenuhnya memperhatikan pentingnya antropometrik
dan kebugaran jasmani.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan Pengukuran antropometrik mencakup enam butir yaitu
pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang lengan, panjang tungkai, lebar
dada dan lingkar lengan. Tes Kebugaran Jasmani yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Bleep test (tes lari
multitahap). Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa SSB
IPI GS (Geger Sunten) Bandung yang berusia antara 11-15 tahun sebanyak 30 orang
Kata kunci : Karakteristik, antropometrik, kebugaran jasmani, sepakbola,
siswa.
Pendahuluan
Sepakbola merupakan olahraga yang
menggerakkan seluruh tubuh, selain mempunyai tujuan untuk meningkatkan
keterampilan gerak juga memiliki tujuan lain seperti menguatkan jantung dan
paru sehingga membantu melancarkan peredaran darah.
Sepakbola adalah salah satu cabang
olahraga permainan yang sangat dikenal dan digemari masyarakat diseluruh dunia.
Demikian juga di Indonesia, permainan ini dikenal dan dimainkan oleh sebagian
besar lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja maupun orang tua, bahkan
para wanita pun menggemari dan dapat memainkan olahraga ini.
Meningkatnya
minat anak-anak terhadap olahraga sepakbola, kini semakin banyak didirikan
Sekolah Sepakbola (SSB) yang merupakan wadah untuk menyalurkan minat dan bakat
anak-anak serta sekaligus sebagai tempat pembinaan dan pengembangan potensi
anak-anak pada usia muda. Keberadaan SSB
ini tentunya telah memberikan angin positif dalam pembinaan atlet usia dini.
Pemberian latihan dasar yang teratur sesuai dengan norma-norma dan
prinsif-prinsif ilmu kepelatihan olahraga sejak usia dini akan membantu
mengembangkan motorik anak sejalan dengan perkembangan usianya. Namun pembinaan sepakbola di Indonesia yaitu di Sekolah
Sepakbola (SSB) khususnya di SSB IPI GS Bandung belum sepenuhnya memperhatikan
pentingnya antropometrik dan kebugaran jasmani untuk menunjang penampilan
dilapangan.
Dalam hal ini ada dua aspek yang ingin
diungkap dalam penelitian ini, yaitu antropometrik siswa SSB yang berusia 11-15
tahun dan kedua kebugaran jasmani siswa
SSB yang berusia 11-15 tahun.
Menurut Nurhasan
dan Cholil, H. (2007:74) “Antropometrik
merupakan
ilmu yang berkenaan dengan bangunan atau kontruksi alami tubuh manusia, juga
mengkaji variasi perkembangan tubuh manusia, ordinasi fakta fundamental yang
berkaitan dengan perkembangan individual dan penelaahan evalusi manusia yang
diambil berdasarkan bukti perbandingan antar ras manusia atau dengan nenek
moyang manusia”.
Tes antropometrik adalah bentuk tes dalam bidang keolahragaan yang paling tua.
Melalui tes ini kita dapat mengetahui dan menentukan status fisik seseorang
apakah itu dari tipe bentuk tubuhnya atau dari komposisi tubuhnya. Pengukuran
antropometrik bertujuan untuk mengukur status fisik yang mencakup perkembangan
bentuk tubuh dan hubungannya dengan kesehatan, kekebalan suatu penyakit, sikap,
kemampuan fisik dan kualitas kepribadian.
Kebugaran
jasmani merupakan kecocokan keadaan fisik terhadap tugas yang harus
dilaksanakan oleh fisik itu tanpa kelelahan yang begitu berarti. Hal ini
dijelaskan oleh Giriwijoyo (2006:23) bahwa “Kebugaran jasmani adalah keadaan
kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap
tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi
dengan cara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan dan
telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya”.
Kebugaran jasmani bersifat relatif yang artinya
kebugaran jasmani tidak bebas tetapi bersifat terkait, yaitu terkait secara
anatomis dan terkait secara fisiologis. Kebugaran jasmani dapat tercapai dengan
berfungsinya organ-organ tubuh secara baik, sehingga manusia dapat melakukan
setiap aktivitasnya dengan lancar tanpa hambatan yang mengahalanginya.
Sepakbola
merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang menuntut memiliki struktur
tubuh (antropometrik) yang ideal dan memerlukan kebugaran jasmani yang baik.
Oleh karena itu, diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, hal
ini dimaksudkan untuk keberhasilan pelaksanaan latihan dan perlu adanya
kesesuaian antara tugas yang bersifat anatomis dan fisiologis terhadap macam
dan intensitas tugas fisik yang harus dilaksanakan. Dalam teori Sheldon
(Nurhasan dan Cholil, H. 2007:67) dikemukakan bahwa “struktur jasmani merupakan
yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia”. Terlebih bagi anak-anak
SSB, antropometrik dan kebugaran jasmani merupakan hal terpenting dalam
membantu meningkatkan kemampuan dan keterampilan dilapangan.
Dari uraian diatas, maka penulis
tertarik untuk meneliti mengenai Karakteristik Antropometrik dan Kebugaran Jasmani
Siswa SSB IPI GS (Geger Sunten) Bandung yang berusia antara 11-15 tahun yang
kemudian hasilnya disesuaikan dengan standar antropometrik dan kebugaran
jasmani siswa SSB di Indonesia.
Rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai
berikut : (1) Bagaimanakah karakteristik antropometrik siswa SSB
IPI GS (Geger Sunten) Bandung yang berusia antara 11-15 tahun ? (2) Bagaimanakah tingkat kebugaran
jasmani siswa SSB IPI GS (Geger Sunten) Bandung yang berusia antara 11-15 tahun
? (3) Apakah
benar karakteristik antropometrik dan kebugaran jasmani siswa SSB IPI GS (Geger
Sunten) Bandung yang berusia 11-15 tahun memiliki kesesuaian dengan standar
antropometrik dan kebugaran jasmani siswa SSB di Indonesia?.
Tujuan
dari penelitian ini adalah :
(1) Untuk
memperoleh data dan gambaran karakteristik antropometrik siswa SSB IPI GS
(Geger Sunten) Bandung yang berusia antara 11-15 tahun, (2) Untuk memperoleh data dan gambaran
tingkat kebugaran jasmani siswa SSB IPI GS (Geger Sunten) Bandung yang berusia
antara 11-15 tahun, dan (3) Untuk
mengetahui apakah karakteristik antropometrik dan kebugaran jasmani siswa SSB
IPI GS (Geger Sunten) Bandung yang berusia 11-15 tahun memiliki kesesuaian
dengan standar antropometrik dan kebugaran jasmani siswa SSB berdasarkan
kesepakatan para pelatih sepakbola di Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian
ini terfokus
pada karakteristik antropometrik dan kebugaran jasmani siswa SSB IPI GS (Geger
Sunten) Bandung yang berusia antara 11-15 tahun. Populasi penelitian adalah
siswa SSB IPI GS (Geger Sunten) Bandung dan sampel penelitian adalah 30 siswa
SSB IPI GS Bandung yang berusia antara 11-15 tahun.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan instrumen penelitian berupa
pengukuran untuk mengukur antropometrik dan tes untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani siswa SSB. Pengukuran
antropometrik yang dilakukan mencakup enam butir, yaitu: (a)Berat badan; (b) Tinggi badan; (c) Panjang lengan; (e) Panjang tungkai; (e) Lebar dada; dan (f) Lingkar lengan atas. Tes Kebugaran Jasmani yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Bleep test (tes
lari multitahap). Lokasi penelitian di SSB IPI GS (Geger
Sunten) Bandung Jalan Dr. Setiabudi Bandung.
Penelitian ini pada dasarnya
berupaya mendeskripsikan karakteristik antropometrik dan kebugaran jasmani
siswa SSB yang berusia 11-15 tahun. Penelitian lebih menyerupai pemetaan data
hasil pengukuran dan hasil tes.
Hasil Penelitian
1. Hasil Pengukuran
Antropometrik
Sebelum
melakukan pengolahan data, sampel penelitian dikelompokkkan kedalam dua
kelompok berdasarkan kelompok usia siswa yaitu usia 11-13 tahun dan usia 14-16
tahun. Ini dilakukan karena pada bahasan selanjutnya, data hasil penelitian ini
akan dibandingkan dengan data pembanding mengenai antropometrik dan kebugaran
jasmani siswa SSB yang sudah dibakukan.
Adapun
pengelompokkan sampel tersebut dapat dilihat tabel 1.1 dan tabel 1.2, berikut
dengan hasil perhitungan skor rata-ratanya.
Tabel
1.1
Hasil Skor Rata-rata dari Pengukuran
Antropometrik Siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 11-13 Tahun
No
|
Nama
|
Usia
|
TB
|
BB
|
PL
|
PT
|
LD
|
LLA
|
1
|
Rf.
|
11 TH
|
148,8
|
35,4
|
57,3
|
68,2
|
22,3
|
20,2
|
2
|
A.F.
|
11 TH
|
148,5
|
38,2
|
56,8
|
68,7
|
22,5
|
20,4
|
3
|
R.A.
|
11 TH
|
150,4
|
39,8
|
59,8
|
71,6
|
23,4
|
20,7
|
4
|
D.B.A.
|
12 TH
|
155,4
|
42,2
|
64,1
|
82,2
|
23,4
|
20,8
|
5
|
Y.N.
|
12 TH
|
149,7
|
38,2
|
58,5
|
77,8
|
19,6
|
18,7
|
6
|
T.H.
|
12 TH
|
159,3
|
41,4
|
65,0
|
84,5
|
24,7
|
22,3
|
7
|
F.J.
|
12 TH
|
155,4
|
39,3
|
63,0
|
81,0
|
22,7
|
22,3
|
8
|
Fe.
|
13 TH
|
157,7
|
47,6
|
69,7
|
89,2
|
27,4
|
22,3
|
9
|
S.P.
|
13 TH
|
158,4
|
48,2
|
70,3
|
88,7
|
27,1
|
22,2
|
10
|
M.A.F.
|
13 TH
|
156,4
|
45,4
|
69,2
|
88,7
|
26,3
|
22,4
|
11
|
M.H.A.
|
13 TH
|
157,4
|
46,7
|
69,8
|
88,7
|
26,4
|
22,6
|
12
|
A.S.L.
|
13 TH
|
154,7
|
43,1
|
70,4
|
89,3
|
27,2
|
22,8
|
13
|
D.R.
|
13 TH
|
163,3
|
41,2
|
70,2
|
89,7
|
26,5
|
23,2
|
14
|
C.A.N.
|
13 TH
|
156,5
|
40,2
|
69,2
|
88,3
|
26,4
|
22,3
|
15
|
I.H.
|
13 TH
|
134,4
|
29,8
|
57,0
|
77,2
|
21,2
|
19,4
|
Jumlah ( ∑ )
|
2306,3
|
616,7
|
970,3
|
1233,8
|
367,1
|
322,6
|
||
Rata-rata
|
153,75
|
41,11
|
64,68
|
82,25
|
24,47
|
21,50
|
Ket.
TB (Tinggi Badan satuan centimeter), BB (Berat Badan satuan Kg), PL (Panjang
Lengan satuan centimeter), PT (Panjang Tungkai satuan centimeter), LD (Lingkar
Dada satuan centimeter), LLA (Lingkar Lengan Atas satuan centimeter).
Pada
tabel 1.1
menunjukkan hasil perhitungan rata-rata dari ke-enam butir pengukuran
antropometrik siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 11-13 tahun. Dari hasil
pengukuran antropometrik tersebut diperoleh peta karakteristik antropometrik
sebagai berikut :
a. Berdasarkan
hasil pengukuran tinggi badan, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
tinggi badan rata-rata 153,75 cm dengan tinggi badan tertinggi tercatat 163,3
cm dan terpendek 134,4 cm.
b. Berdasarkan
hasil pengukuran berat badan, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki berat
badan rata-rata 41,11 Kg dengan berat badan terberat tercatat 48,2 Kg dan
teringan 29,8 Kg.
c. Berdasarkan
hasil pengukuran panjang lengan, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
panjang lengan rata-rata 64,68 cm dengan panjang lengan terpanjang tercatat
70,4 cm dan terpendek 56,8 cm.
d. Berdasarkan
hasil pengukuran panjang tungkai, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
panjang tungkai rata-rata 82,25 cm dengan panjang tungkai terpanjang tercatat
89,7 cm dan terpendek 68,2 cm.
e. Berdasarkan
hasil pengukuran lingkar dada, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
lingkar dada rata-rata 24,47 cm dengan lingkar dada terlebar tercatat 27,4 cm
dan tersempit 19,6 cm.
f. Berdasarkan
hasil pengukuran lingkar lengan atas, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung
memiliki lingkar lengan rata-rata 21,50 cm dengan lingkar lengan terbesar
tercatat 23,2 cm dan terkecil 18,7 cm.
Tabel
1.2
Hasil Skor Rata-rata dari Pengukuran
Antropometrik Siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 14-15 Tahun
No
|
Nama
|
Usia
|
TB
|
BB
|
PL
|
PT
|
LD
|
LLA
|
1
|
F.B.
|
14 TH
|
160,2
|
50,4
|
75,2
|
92,0
|
28,8
|
25,0
|
2
|
I.S.
|
14 TH
|
161,2
|
52,3
|
71,2
|
93,7
|
27,8
|
26,0
|
3
|
Z.P.
|
14 TH
|
164,4
|
50,7
|
74,2
|
96,3
|
27,8
|
26,2
|
4
|
C.E.S.
|
14 TH
|
163,2
|
41,3
|
74,0
|
95,0
|
29,0
|
22,0
|
5
|
M.M.N.
|
14 TH
|
156,8
|
47,5
|
64,0
|
90,4
|
29,1
|
23,3
|
6
|
An.
|
14 TH
|
163,5
|
55,3
|
72,0
|
92,5
|
25,5
|
24,7
|
7
|
M.R.
|
14 TH
|
162,3
|
58,4
|
70,0
|
95,0
|
31,0
|
26,0
|
8
|
E.M.
|
14 TH
|
156,0
|
53,6
|
64,7
|
89,0
|
25,3
|
25,0
|
9
|
T.H.
|
14 TH
|
158,0
|
51,7
|
72,0
|
91,0
|
28,0
|
25,0
|
10
|
M.I.
|
15 TH
|
171,0
|
60,7
|
73,0
|
96,3
|
29,6
|
27,4
|
11
|
A.G.
|
15 TH
|
170,0
|
50,0
|
76,3
|
99,1
|
29,2
|
23,4
|
12
|
Gn.
|
15 TH
|
166,8
|
49,7
|
72,0
|
92,1
|
31,4
|
26,7
|
13
|
Ru.
|
15 TH
|
167,4
|
55,2
|
72,2
|
95,3
|
28,1
|
26,6
|
14
|
Gl.
|
15 TH
|
168,2
|
58,7
|
71,0
|
94,4
|
28,5
|
26,2
|
15
|
R.I.
|
15 TH
|
169,5
|
58,7
|
72,4
|
95,2
|
29,0
|
26,8
|
Jumlah ( ∑ )
|
2458,5
|
794,2
|
1074,2
|
1404,3
|
428,1
|
380,3
|
||
Rata-rata
|
163,9
|
52,94
|
71,61
|
93,62
|
28,54
|
25,35
|
Ket.
TB (Tinggi Badan satuan centimeter), BB (Berat Badan satuan Kg), PL (Panjang
Lengan satuan centimeter), PT (Panjang Tungkai satuan centimeter), LD (Lingkar
Dada satuan centimeter), LL (Lingkar Lengan Atas satuan centimeter).
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata
dari ke-enam butir pengukuran antropometrik siswa SSB IPI GS Bandung yang
berusia 14-15 tahun. Dari hasil pengukuran antropometrik tersebut diperoleh
peta karakteristik antropometrik sebagai berikut :
a. Berdasarkan
hasil pengukuran tinggi badan, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
tinggi badan rata-rata 163,9 cm dengan tinggi badan tertinggi tercatat 171,0 cm
dan terpendek 156,0 cm.
b. Berdasarkan
hasil pengukuran berat badan, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki berat
badan rata-rata 52,94 Kg dengan berat badan terberat tercatat 60,7 Kg dan
teringan 41,3 Kg.
c. Berdasarkan
hasil pengukuran panjang lengan, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
panjang lengan rata-rata 71,61 cm dengan panjang lengan terpanjang tercatat
76,3 cm dan terpendek 64,0 cm.
d. Berdasarkan
hasil pengukuran panjang tungkai, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
panjang tungkai rata-rata 93,62 cm dengan panjang tungkai terpanjang tercatat
99,1 cm dan terpendek 89,0 cm.
e. Beradasarkan
hasil pengukuran lingkar dada, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung memiliki
lingkar dada rata-rata 28,54 cm dengan lingkar dada terlebar tercatat 31,4 cm
dan tersempit 25,3 cm.
f. Beradasarkan
hasil pengukuran lingkar lengan atas, ternyata siswa SSB IPI GS Bandung
memiliki lingkar lengan rata-rata 25,35 cm dengan lingkar lengan terbesar
tercatat 27,4 cm dan terkecil 22,0 cm.
2.
Hasil
Tes Lari Multitahap (Bleep test)
Tes
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa SSB IPI GS
Bandung yang berusia 11-15 tahun dalam mengukur tingkat efisiensi fungsi
jantung dan paru-paru yang ditunjukkan melalui pengukuran ambilan oksigen
maksimum (Maximum Oxygen Uptake).
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel pada tabel 2.1
pada halaman berikut.
Tabel 2.1
VO2Max. dan Pemberian Kategori terhadap
Hasil Tes Lari Multitahap (Bleep Test) Siswa
SSB IPI GS Bandung berusia 11-15 Tahun
No.
|
Nama
|
Usia
|
VO2Max
|
Kategori
|
1
|
Rf.
|
11 TH
|
29,7
|
Kurang
|
2
|
A.F.
|
11 TH
|
33,6
|
Kurang
|
3
|
R.A.
|
11 TH
|
31,4
|
Kurang
|
4
|
D.B.A.
|
12 TH
|
38,1
|
Cukup
|
5
|
Y.N.
|
12 TH
|
35,7
|
Kurang
|
6
|
T.H.
|
12 TH
|
34,6
|
Kurang
|
7
|
F.J.
|
12 TH
|
32,9
|
Kurang
|
8
|
Fe.
|
13 TH
|
35,3
|
Kurang
|
9
|
S.P.
|
13 TH
|
37,4
|
Cukup
|
10
|
M.A.F.
|
13 TH
|
33,9
|
Kurang
|
11
|
M.H.A.
|
13 TH
|
37,1
|
Cukup
|
12
|
A.S.L.
|
13 TH
|
37,8
|
Cukup
|
13
|
D.R.
|
13 TH
|
37,8
|
Cukup
|
14
|
C.A.N.
|
13 TH
|
39,2
|
Cukup
|
15
|
I.H.
|
13 TH
|
39,5
|
Cukup
|
16
|
F.B.
|
14 TH
|
42,7
|
Cukup
|
17
|
I.S.
|
14 TH
|
37,8
|
Cukup
|
18
|
Z.P.
|
14 TH
|
34,3
|
Kurang
|
19
|
C.E.S.
|
14 TH
|
46,8
|
Cukup
|
20
|
M.M.N.
|
14 TH
|
45,5
|
Cukup
|
21
|
An.
|
14 TH
|
41,1
|
Cukup
|
22
|
M.R.
|
14 TH
|
46,2
|
Cukup
|
23
|
E.M.
|
14 TH
|
43,3
|
Cukup
|
24
|
T.H.
|
14 TH
|
44,5
|
Cukup
|
25
|
M.I.
|
15 TH
|
48,4
|
Baik
|
26
|
A.G.
|
15 TH
|
46,8
|
Cukup
|
27
|
Gn.
|
15 TH
|
48,4
|
Baik
|
28
|
Ru.
|
15 TH
|
45,5
|
Cukup
|
29
|
Gl.
|
15 TH
|
43,3
|
Cukup
|
30
|
R.I.
|
15 TH
|
47,9
|
Cukup
|
Jumlah ( ∑ )
|
1196,5
|
|||
Rata-rata
|
39,88
|
Cukup
|
Berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan hasil rata-rata dan
pemberian kategori terhadap tingkat kebugaran jasmani (bleep test) siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 11-15 tahun.
Dari hasil tes tersebut didapatkan VO2Max. rata-rata 39,88 dan
dikategorikan cukup dengan VO2Max. tertinggi adalah 48,4 dan VO2Max.
terendah 29,7.
3.
Standar
Karakteristik Antropometrik dan Kebugaran Jasmani Pembanding
a.
Standar
Karakteristik Antropometrik Pembanding
Standar
baku ini disesuaikan dengan usia spesialisasi anak untuk olahraga sepakbola
sekaligus sebagai panduan umum bagi pelatih sepakbola anak usia dini di
Indonesia yaitu : (1) Usia
pengenalan 10-12 tahun, (2) Usia
spesialisasi 11-13 tahun,
(3) Usia
berprestasi (Golden Age) 18-24 tahun.
Tabel 3.1
Standar Antropometrik untuk Siswa SSB
yang berusia 11-13 Tahun dan 14-16 Tahun di
Indonesia
Kelompok umur
|
Tinggi badan
|
Berat badan
|
Panjang lengan
|
Panjang tungkai
|
Lebar dada
|
Lingkar lengan Atas
|
11
– 13 tahun
|
150-159
cm
|
40-49
Kg
|
65-69
cm
|
80-84
cm
|
20-24
cm
|
20-24
cm
|
14
– 16 tahun
|
160-169
cm
|
50-59
Kg
|
70-74
cm
|
85-89
cm
|
25-29
cm
|
25-29
cm
|
Sumber
: Diktat Panduan Umum Pelatih SSB
b.
Standar
Karakteristik Kebugaran Jasmani Pembanding
Dalam
teori motorik, anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat apabila diberikan ruang gerak seluas-luasnya dan diberikan pembimbingan
yang terpadu dan teratur untuk menyalurkan bakat yang dimiliki anak, dalam hal
ini, orang tua dan pelatih sangat penting peranannya.
Dalam
olahraga sepakbola khususnya siswa SSB, anak akan senantiasa bergaul dan
memiliki banyak teman serta mendapat ruang untuk bermain sehingga anak SSB
cenderung memiliki kepercayaan diri yang baik. Secara tidak sadar, orang tua yang
memasukan anaknya ke Sekolah Sepakbola atau klub olahraga lainnya telah
membantu anaknya dalam proses perkembangan motoriknya beserta kebugaran jasmani
anak akan selalu terpelihara dengan baik.
Apapun
tes dan norma yang digunakan seharusnya siswa SSB harus memiliki standar
tingkat kebugaran jasmani yang BAIK.
Standar VO2max untuk siswa SSB yang biasa rutin berlatih berkisar
antara 40-47 L/m. dan bahkan bisa mencapai 50 L/m.
Norma
tes ini dapat diberlakukan untuk anak yang sudah berada pada tahap usia spesialisasi
ke atas untuk cabang olahraga masing-masing. Sebelum ke tahap usia spesialisasi
atau pada tahap usia pengenalan cabang olahraga, tes kebugaran jasmani tidak
diperbolehkan.
Dari
penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SSB yang berada pada
usia spesialisasi yaitu usia antara 11-13 tahun dan 14-16 tahun harus memiliki
tingkat kebugaran jasmani yang baik dengan kisaran VO2Max. antara 40-50 L/m.
1.
Perbandingan
Karakteristik Antropometrik dan Kebugaran Jasmani Hasil Penelitian dengan Standar
Karakteristik Antropometrik dan Kebugaran Jasmani Pembanding
Tabel 4.1
Perbandingan Karakteristik Antropometrik
Hasil Penelitian Siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia
11-13 Tahun dengan Standar Antropometrik Pembanding
No
|
Butir Pengukuran Antropometrik
|
Nilai Rata-rata Antropometrik Hasil Penelitian
|
Standar Antropometrik Pembanding
|
Keterangan
|
1
|
Tinggi badan
|
153,75 cm
|
150 - 159 cm
|
Sesuai
|
2
|
Berat badan
|
41,11 Kg
|
40 - 49 Kg
|
Sesuai
|
3
|
Panjang lengan
|
64,68 cm
|
65 - 69 cm
|
Sesuai
|
4
|
Panjang
tungkai
|
82,25 cm
|
80 - 84 cm
|
Sesuai
|
5
|
Lebar dada
|
24,47 cm
|
20 - 24 cm
|
Sesuai
|
6
|
Lingkar lengan
atas
|
21,50 cm
|
20 - 24 cm
|
Sesuai
|
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan
nilai rata-rata dari pengukuran ke-enam butir antropometrik siswa SSB IPI GS
Bandung yang berusia 11-13 tahun yang dibandingkan dengan standar antropometrik
pembanding untuk diketahui kesesuaiannya, dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Berdasarkan
butir tinggi badan diperoleh nilai rata-rata 153,75 cm dengan standar tinggi
badan pembanding berkisar antara 150-159 cm dan dinyatakan sesuai.
b. Berdasarkan
butir berat badan diperoleh nilai rata-rata 41,11 Kg dengan standar berat badan
pembanding berkisar antara 40-49 Kg dan dinyatakan sesuai.
c. Berdasarkan
butir panjang lengan diperoleh nilai rata-rata 64,68 cm dengan standar panjang
lengan pembanding berkisar antara 65-69 dan dinyatakan sesuai.
d. Berdasarkan
butir panjang tungkai diperoleh nilai rata-rata 82,25 cm dengan standar panjang
tungkai pembanding berkisar antara 80-84 dan dinyatakan sesuai.
e. Berdasarkan
butir lebar dada diperoleh nilai rata-rata 24,47 cm dengan standar lebar dada
pembanding berkisar antara 20-24 dan dinyatakan sesuai.
f. Berdasarkan
butir lingkar lengan atas diperoleh nilai rata-rata 21,50 dengan standar
lingkar lengan pembanding berkisar antara 20-24 dan dinyatakan sesuai.
Secara
keseluruhan karakteristik antropometrik siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia
11-13 tahun memiliki kesesuaian dengan standar antropometrik pembanding dan
tidak ada perbedaan yang dominan antara karakteristik antropometrik hasil
penelitian dengan karakteristik antropometrik pembanding.
Tabel 4.2
Perbandingan Karakteristik Antropometrik
Hasil
Penelitian Siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 14-15 Tahun dengan Standar Antropometrik
Pembanding
No
|
Butir Pengukuran Antropometrik
|
Nilai Rata-rata Antropometrik Hasil Penelitian
|
Standar Antropometrik Pembanding
|
Keterangan
|
1
|
Tinggi badan
|
163,9 cm
|
160 - 169 cm
|
Sesuai
|
2
|
Berat badan
|
52,94 Kg
|
50 - 59 Kg
|
Sesuai
|
3
|
Panjang lengan
|
71,61 cm
|
70 - 74 cm
|
Sesuai
|
4
|
Panjang
tungkai
|
93,62 cm
|
85 - 89 cm
|
Tidak sesuai
|
5
|
Lebar dada
|
28,54 cm
|
25 - 29 cm
|
Sesuai
|
6
|
Lingkar lengan
atas
|
25,35 cm
|
25 - 29 cm
|
Sesuai
|
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata dari
pengukuran ke-enam butir antropometrik siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia
14-15 tahun yang dibandingkan dengan standar antropometrik pembanding untuk
diketahui kesesuaiannya, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Berdasarkan
butir tinggi badan diperoleh nilai rata-rata 163,9 cm dengan standar tinggi
badan pembanding berkisar antara 160-169 cm dan dinyatakan sesuai.
b. Berdasarkan
butir berat badan diperoleh nilai rata-rata 52,94 Kg dengan standar berat badan
pembanding berkisar antara 50-59 Kg dan dinyatakan sesuai.
c. Beradasarkan
butir panjang lengan diperoleh nilai rata-rata 71,61 cm dengan standar panjang
lengan pembanding berkisar antara 70-74 dan dinyatakan sesuai.
d. Berdasarkan
butir panjang tungkai diperoleh nilai rata-rata 93,62 cm dengan standar panjang
tungkai pembanding berkisar antara 85-89 dan dinyatakan tidak sesuai.
e. Berdasarkan
butir lebar dada diperoleh nilai rata-rata 28,54 cm dengan standar lebar dada
pembanding berkisar antara 25-29 dan dinyatakan sesuai.
f. Berdasarkan
butir lingkar lengan atas diperoleh nilai rata-rata 25,35 dengan standar
lingkar lengan pembanding berkisar antara 25-29 dan dinyatakan sesuai.
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat satu butir pengukuran antropometrik hasil penelitian
yang tidak sesuai dengan antropometrik pembanding yaitu pada butir panjang
tungkai di atas standard.
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Tes Kebugaran Jasmani (Bleep Test) Siswa SSB IPI GS Bandung yang
berusia 11-15 Tahun dengan Standar Kebugaran Jasmani Pembanding
No
|
Tes kebugaran jasmani
|
Skor rata-rata tes kebugaran jasmani (VO2Max.)
|
Standar kebugaran jasmani
(VO2Max.)
|
Ket.
|
||
1
|
Bleep test
|
Skor
|
Kategori
|
Skor
|
Kategori
|
Tidak
sesuai
|
39,88
|
Cukup
|
40-50
L/m
|
Baik
|
Pada
tabel 4.4 menunjukkan VO2Max. rata-rata siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 11-15
tahun dengan skor 39,88 dengan kategori cukup. Sedangkan untuk standar
kebugaran jasmani pembanding harus memiliki VO2Max. berkisar antara
40-50 dengan kategori baik.
Dengan
demikian, tingkat kebugaran jasmani siswa SSB IPI GS Bandung ditinjau dari VO2Max.
dinyatakan tidak sesuai dengan standar kebugaran jasmani yang seharusnya
dimiliki oleh setiap siswa SSB.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengolahan data maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dari keenam butir
pengukuran antropometrik yang telah dilakukan oleh peneliti, terhadap siswa SSB
IPI GS Bandung diperoleh data sebagai berikut : (a) Siswa SSB IPI GS Bandung yang
berusia 11-13 tahun memiliki tinggi badan rata-rata 153,75 cm, memiliki berat
badan rata-rata 41,11 kg, memiliki panjang lengan rata-rata 64,68 cm, memiliki panjang
tungkai rata-rata 82,25 cm, memiliki lebar dada rata-rata 24,47 cm dan memiliki
lingkar lengan atas rata-rata 21,50 cm, (b) Siswa SSB IPI GS Bandung yang
berusia 14-15 tahun memiliki tinggi badan rata-rata 163,9 cm, memiliki berat
badan rata-rata 52,94 kg, memiliki panjang lengan rata-rata 71,61 cm, memiliki
panjang tungkai rata-rata 93,62 cm, memiliki lebar dada rata-rata 28,54 cm dan
memiliki lingkar lengan atas rata-rata 25,35 cm.
2. Untuk
hasil tes kebugaran jasmani, siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 11-15 tahun
memiliki VO2Max. rata-rata 39,88 dengan kategori cukup.
3.
Dari keenam butir
pengukuran antropometrik yang telah dilakukan, yaitu pengukuran terhadap tinggi
badan, berat badan, panjang lengan, panjang tungkai, lebar dada dan lingkar
lengan atas, (a) ternyata siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 11-13 tahun
memiliki karakteristik antropometrik yang sesuai dengan standar antropometrik
pembanding, (b) ternyata siswa SSB IPI GS Bandung yang berusia 14-15 tahun
hanya memiliki satu butir antropometrik yang tidak sesuai dengan standar
antropometrik pembanding yaitu butir pengukuran panjang tungkai di atas
standar, dan untuk butir pengukuran antropometrik yang lainnya dinyatakan sesuai
dengan standar antropometrik pembanding, dan (c) Untuk hasil tes kebugaran
jasmani, siswa SSB IPI GS Bandung berada pada kategori cukup dengan memiliki VO2Max.
rata-rata 39,88 dan jika disesuaikan dengan standar VO2Max. yang
harus dimiliki oleh siswa SSB di Indonesia (40-50) dinyatakan tidak sesuai.
Saran
1.
Usahakan dalam
pembinaan sepakbola khususnya di Sekolah Sepakbola (SSB) harus memperhatikan
antropometrik (struktur tubuh) dan tingkat kebugaran jasmani yang sesuai dengan
standar nasional.
2. Pada
saat pendaftaran atau perekrutan calon siswa pelatih harus memonitor calon
siswa terlebih dahulu, bila perlu diadakan proses seleksi. Ini penting untuk
mencari bibit-bibit atlet sepakbola potensial di masa mendatang, tidak hanya
faktor ekonomi yang diperhatikan.
3. Pelatih
harus pandai menyusun program latihan sesuai dengan tahap-tahap usia siswa,
supaya tidak terjadi salah latihan. Program latihan ini harus memiliki tujuan
jelas dan tepat, apakah untuk pembinaan atlet sepakbola prestasi atau hanya
untuk rekreasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
S. (2004). Prisip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Anonim. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung
: UPI.
Arikunto, S.
(2006). Prosedur Penelitian : Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S.
(2007). Manajement Penelitian.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Fadlyana,
E. (2006). Jurnal Aplikasi Kurva
Pertumbuhan dalam Deteksi Dini untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Anak.
Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD.
Giriwijoyo,
Santoso. (2006). Ilmu Faal Olahraga.
Bandung : FPOK.
Giriwijoyo,
Santoso. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga
(Sport Medicine). Bandung : FPOK.
Harsono.
(1988). Coaching dan Aspek-aspek
Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV. Tambak Kusuma
Herwin.
(2006). Jurnal Latihan Fisik untuk Usia
Muda. FIK UNY.
Imanudin,
I. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga.
Bandung : FPOK UPI.
Irianto,
Kus. (2004). Gizi dan Pola Hidup Sehat.
Bandung : CV. Yrama Widya.
Lutan,
R. (2001). Pengembangan Sistem
Pembelajaran Modul Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Olahraga. Bandung :
FPOK UPI.
Makmun,
A. Syamsuddin. (2001). Psikologi
Kependidikan perangkat sistem pengajaran modul. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurhasan
dan Cholil, H. (2007). Pengembangan Sistem
Pembelajaran Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK UPI.
Saputra,
Y.M. dan Badruzaman. (2009). Perkembangan
Pembelajaran Motorik. Bandung : FPOK UPI.
Sucipto, dkk. (2000). Sepak bola. Bandung : FPOK UPI.
Surakhmad.
(1990). Pengantar Ilmiah Dasar dan Metode
Teknik. Bandung : Tarsito.
Penulis :
Unang Muntahar, S.Si., memperoleh gelar Sarjana Science dari Program Studi Ilmu
Keolahragaan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI).
Langganan:
Postingan (Atom)